Senin, 22 Januari 2018

Profesor Indonesia Raih Penghargaan Raja Faisal di Malaysia

Sebelum kita menelaah ke dalam masalah yang saya sajikan dalam postingan saya kali ini, ada baiknya kita mengetahui apa sih yang dinamakan dengan Penghargaan Raja Faisal itu?


Apa itu  Penghargaan Raja Faisal ?

Penghargaan Internasional Raja Faisal (Arabجائزة الملك فيصل العالمية‎ Jaizatu al-Malik Faishal al-'Alamiyyah‎) adalah sebuah penghargaan yang dianugrahkan oleh Yayasan Raja Faisal untuk orang-orang yang berdedikasi memberikan kontribusi perubahan positif.[3][4] Adapun penghargaan terbagi menjadi 5 cabang: Pelayanan IslamStudi IslamBahasa dan Sastra ArabSains, dan Kedokteran.

Profesor asal Indonesia di International Islamic University Malaysia (IIUM), Prof Dr Irwandi Jaswir raih penghargaan King Faisal International Prize 2018.

Hasil gambar untuk penghargaan raja faisal

Jakarta, CNN Indonesia -- Profesor Indonesia di Malaysia, dosen di International Islamic University Malaysia (IIUM), Prof Dr Irwandi Jaswir meraih penghargaan King Faisal International Prize 2018 untuk kategori pelayanan Islam.

"Tadi malam pengumumannya disampaikan. Saya tidak menyangka mendapatkan hadiah ini," kata Wakil Direktur The International Institute for Halal Risearch and Training IIUM di Kuala Lumpur,  seperti dilaporkan kantor berita Antara, Kamis (11/1).

Sekretariat Jendral Raja Faisal International Prize mengumumkan pemenang dalam sebuah upacara yang diadakan dihadapan Ketua Yayasan Raja Faisal, Pangeran Khalid Al-Faisal, Emir Mekkah, Penasihat Penjaga Dua Masjid Suci dan dan pejabat lainnya di Aula Sultan Prince of Al-Faisaliah Centre di Riyadh.

Irwandi menerima pengumuman melalui e-mail yang ditandatangani Ketua Dewan King Faisal International Prize, Khalid Al-Faisal dan diberitahu oleh mitra riset-nya di Arab Saudi yang sempat menyaksikan pengumuman tersebut melalui televisi.

"Alhamdulillah karena kontribusi saya yang sangat kecil dianggap berarti oleh pihak luar. Semoga tetap bermanfaat untuk umat manusia secara keseluruhan," ujar alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut.


Dia mengatakan semua dekan dan Komite Manajemen Universitas (KUM) IIUM terdiri rektor dan wakil rektor telah mengucapkan selamat atas prestasi yang diraih dirinya melalui grup whatsapp.

"Kami masuk nominasi pada 2017. Wakil Rektor IIUM Bidang Riset dan Inovasi telah mengirimkan formulir dan paper yang dilengkapi dengan bukti-buktinya ke Panitia King Faisal International Prize. Semua ada lima kategori saya kategori 'service of Islam'," katanya.

Irwandi mengatakan dirinya merupakan orang kedua Indonesia yang memenangkan penghargaan tersebut setelah sekitar 1980-an Muhammad Natsir memenangkan penghargaan serupa untuk kategori yang sama.


Sementara itu, berdasarkan laporan Saudi Gazette yang menerima hadiah serupa selain Irwandi adalah Prof Bashar Awad dari Yordania terpilih sebagai pemenang untuk studi Islam, Prof Chokri Mabkhout dari Tunisia mengantongi hadiah dalam bahasa Arab dan sastra.

Anggota panitia seleksi, ilmuwan terkemuka, tokoh budaya dan media juga hadir dalam acara tersebut. Hadiah terdiri dari sertifikat kaligrafi tulisan tangan yang meringkas karya pemenang, sebuah peringatan 24 karat, medali emas 200 gram dan uang hadiah sebesar 200.000 dolar.

Prof Irwandi Jaswir, seorang ilmuwan terkenal dalam ilmu halal, telah dipilih untuk mendapatkan hadiah yang didambakan ini sebagai pengakuan atas layanan dan kontribusinya yang luar biasa kepada Islam dan Muslim dalam ilmu halal.

Komite Penghargaan Raja Faisal menyoroti kontribusi Irwandi dalam pembentukan dan pengembangan "Ilmu Halal" melalui berbagai publikasi dan studi penelitian.

Panitia juga mempertimbangkan karyanya dalam mengembangkan metode baru untuk menganalisis zat yang digunakan dalam pembuatan "alternatif makanan halal" serta prosedur praktis untuk memproduksi gelatin halal dari berbagai sumber halal (non babi), seperti unta dan ikan.


"Komite tersebut juga mencatat bahwa kolaborasi Prof. Jaswir dengan ilmuwan lain mengembangkan metode baru untuk deteksi cepat zat non-halal dalam makanan, kosmetik dan barang konsumsi lainnya yang digunakan oleh umat Islam. Contoh dari metode tersebut adalah 'Portable Electronic Nose' yang mendeteksi dalam beberapa detik adanya alkohol dan lemak babi (lemak yang berasal dari babi) pada makanan dan minuman," katanya.

Irwandi lahir pada 20 Desember 1970 di Medan, Sumatera Utara. Dia memperoleh gelar sarjana di bidang Teknologi Pangan dan Gizi Manusia pada tahun 1993 dari Universitas Pertanian Bogor (IPB), Master of Science dalam Ilmu Pangan dan Bioteknologi pada tahun 1996 serta doktor di bidang Kimia Pangan dan Biokimia pada tahun 2000 dari Universiti Putra di Malaysia.



Source:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar